MILZERU –
Jika kalian mendengar nama Tompi, apa yang terlintas di pikiran kalian? Pasti penyanyi hebat yang juga seorang dokter. Tapi siapa sangka, Tompi juga mampu menyutradarai sebuah film. Ya, film “Pretty Boys” yang tayang pada 19 September 2019 kemarin merupakan sebuah film ber-genre komedi-drama yang digarap oleh Tompi. Selain Tompi ternyata Imam Darto yang namanya melejit melalui acara talk show merupakan penulis dari film ini.
“Pretty Boys” merupakan film debut bagi Vincent dan Desta bersama yang dikenal sebagai presenter sebuah acara talk show. Tidak hanya menampilkan Vincent dan Desta, film “Pretty Boys” menampilka Danilla Riyadi, Onadio Leonardo, dan Imam Darto sebagai penulis dari film ini sendiri ikut meramaikan film “Pretty Boys”.
Menceritakan Rahmat (Deddy Mahendra Desta) dan Anugerah (Vincent Rompies) yang merupakan sahabat sejak kecil. Keduanya memiliki cita-cita yang sama, yaitu ingin menjadi orang terkenal. Namun Anugerah selalu mendapat tentangan dari sang ayah Pak Jono (Roy Marten). arena menurutnya dunia entertainment melekat dengan hal-hal yang membawa efek buruk. Anugerah merasa kesal karena langkahnya seakan dihambat, dan ia memilih untuk kabur dan mengadu nasib di Jakarta bersama sahabatnya Rahmat. Namun memang nasib yang malang, mereka hanya mendapat pekerjaan serabutan sebagai pelayan dan koki restoran di Jakarta. Suatu hari, Anugerah dan Rahmat yang sedang menjadi penonton bayaran dalam sebuah acara talk show diajak tampil dipanggung sebagai figuran karena wajah mereka yang rupawan.
Bakat menjadi seorang entertainment memang sudah nampak sejak kecil bagi keduanya. Ketika diantara anak-anak seusianya, merekalah yang paling menarik perhatian, dan paling pintar untuk memecahkan suasana di siang yang suntuk. Bermula dari menjadi pemeran figuran, lambat laun karir mereka berdua mulai naik. Mereka berhasil menjadi pembawa acara pendatang baru yang bisa dikatakan sukses. Namun sayangnya, ketika cita-cita telah tercapai, persahabatan anatara Rahmat dan Anugerah harus diuji dengan cinta dan materi. Anugerah juga merasakan dunia pertelevisian membuatnya muak dan merasa ia harus menjadi seseorang yang bukan dirinya. Menjadi public figure memaksanya harus siap memperlihatkan apa yang diinginkan penonton.
Secara keseluruhan, sebenarnya film ini mengisahkan persoalan di balik layar pertelevisian yang terinspirasi dari realita dengan menyelipkan soal tuntutan peran di dunia televisi. Sebagai penulis, Darto ingin menyampaikan, seolah-olah orang yang ada di dalam layar kaca harus berlaku sebagaimana tuntutan orang. Karena jika tidak begitu, mereka tidak akan laku.
"Tayangan kurang mendidik di televisi itu seperti ayam dan telur. Siapa yang meminta duluan? Apakah berasal dari demand para penonton sehingga muncul tayangan yang kurang mendidik ataukah tayangan kurang mendidik yang muncul terlebih dulu dan tinggi rating sehingga terus menerus diproduksi? Karena itu, kami memakai tagline Televisi yang Menodai Kita atau Kita yang Menodai Televisi?" tutur Desta.
Boleh diakui, meskipun ini kali pertama Tompi menyutradarai sebuah film layar lebar, Tompi tidak terlihat amatir. Cara ia mengambil gambar terlihat sangat professional. Di lain sisi, Tompi juga pandai dalam memasukan adegan sesuai dengan logika dan relita yang ada. Contohnya dari hal yang paling kecil, ketika adegan seorang pemeran yang tidak menggunakan makeup saat sedang berasa dirumah. Logika yang diterapkan Tompi membuat adegan per-adegan terlihat nampak natural.
Film “Pretty Boys” ini bisa dikatakan sangat menghibur. Karena jokes yang diberikan sangat relate dengan kehidupan kita. Gambar yang ditampilkan juga sangat menarik karena banyak permainan warna. Cerita dari film ini sendiri mengalir dengan enak dan apa adanya dengan komedi yang sangat kental juga dengan konflik yang membuat hati terenyuh, dan ditutup dengan ending yang natural.