MILZERU – Film Joker menceritakan seorang Komedian bernama Arthur Fleck sakit hati dan membenci dunia sehingga menjadi penjahat terkenal bernama Joker

Siapa yang tidak kenal dengan Joker? Seorang psikopat, sosiopat serta musuh bebuyutan dari karakter superhero Batman ini Kembali hadir di layar bioskop Indonesia sejak awal oktober kemarin. Film yang mengisahkan tentang asal usul kemunculan Joker ini berbeda dari film-film Joker sebelumnya, pasalnya kali ini Joker (yang diperankan Joaquin Phoenix) lah yang menjadi pemeran utamanya, dan kita tidak akan menemukan keberadaan Batman seutuhnya disini.

Berlatar belakang tahun 1981, Joker garapan sutradara Todd Phillips ini berfokus pada perjalanan sosok komedian gagal, Arthur Fleck (dibintangi Joaquin Phoenix), pria yang diabaikan oleh masyarakat dan berubah menjadi penjahat yang sangat keji. Arthur tumbuh dari masyarakat kalangan bawah yang terus gagal untuk meraih kesuksesan dalam profesinya sebagai komedian stand up. Hidupnya yang kerap dirundung pilu diperparah dengan pengabaian masyarakat yang senantiasa ia dapatkan.

Hingga pada akhirnya titik terbawah hidup Arthur terjadi saat ia diolok-olok oleh presenter yang diperankan Robert De Niro lewat siaran TV nasional. Begitu banyak kekecewaan yang membuatnya menjadi pribadi pahit. Akhirnya berubahlah ia menjadi seorang pembunuh yang kejam bermakeup kan badut. Arthur mengubah identitas dirinya dengan menjadi Joker, menampilkan baru yang jahat.

Pilu, tragis, kegilaan yang mendalam. Tiga hal tersebut ada di hampir seluruh bagian dari film Joker. Meskipun plot cerita Joker terbilang lambat, namun semua disuguhkan dengan sangat baik. Storyline dan penulisan scriptnya sangat mengagumkan. Todd Philips beserta jajarannya sukses membuat cerita Joker menjadi sangat kompleks, sungguh tak membuat Joker menjadi hiburan yang mudah ditelan begitu saja. Bahkan sesekali Todd menyematkan plot twist di dalam film Joker.

Konflik-konflik sosial seperti masalah kesehatan mental, benturan antar kelas (strata masyarakat), hingga politik manipulatif ditampilkan secara nyata dan gamblang. Perjalanan kejiawaan Arthur, mulai dari seorang yang tertindas menjadi penjahat berdarah dingin yang tidak merasakan apa-apa ketika mengambil nyawa seseorang. Inilah kehebatan film ini, Arthur mampu membawa penonton ikut merasakan bagaimana rasanya menjadi seseorang yang dirundung, diabaikan, dan tak diinginkan hingga pada akhirnya merubahnya menjadi seorang penjahat keji bernama Joker.

Penulisan alur cerita yang baik tersebut didukung pula oleh performa yang luar biasa dari Joaquin Phoenix. Aktingnya sebagai Joker benar-benar totalitas. Mulai dari fisik, sorot mata, raut wajah, hingga gerak tubuhnya pun dirasa sangatlah mendalami karakter, bahkan Joaquin Phoenix mampu membawakan rasa sakit serta penderitaannya melalui tawa yang kerap kali ia lakukan. Tidak diragukan, penampilannya di dalam film ini memiliki kualitas seorang aktor pemenang Oscar.

Lalu, apakah penampilannya dalam memerankan Joker lebih baik dibanding saat Heath Ledger memerankan karakter yang sama di film “The Dark Knight”?

Bukan hal yang rahasia lagi bahwa Heath Ledger dianggap sebagai pemeran Joker terbaik yang pernah ada. Bahkan, performanya sebagai Joker diapresiasi dengan sebuah penghargaan Aktor Pendukung Terbaik pada Piala Oscar tahun 2009.

Meskipun demikian, sangat sulit bila harus memilih mana yang terbaik dari Joker versi Heath Ledger dengan Joker versi Joaquin Phoenix, pasalnya keduanya merupakan versi berbeda dari seorang Joker. Joaquin Phoenix sangat gemilang memainkan Arthur Fleck sebelum menjadi Joker, sedangkan Heath Ledger adalah versi terbaik setelah menjadi Joker. Keduanya memiliki nilai tambah di sektornya masing-masing.

Selain alur cerita, Scoring (music orisinil yang mengiringi film) di dalam film ini juga pantas diberikan apresiasi lebih. Music yang ada benar-benar memperkuat suasana film. Simple, namun intense. Tanpa disadari, para penonton telah terbius kedalam cerita yang cukup gelap berkat efek suara yang ‘Joker banget’. Rasanya, Scoring didalam film ini layak untuk dipertimbangkan masuk kedalam nominasi sekelas Oscar

Sinematografi dari film ini juga sangatlah berkelas. Bahkan adegan biasa pun terlihat berkualitas karena teknik sinematografi yang ada.

Secara keseluruhan, Film ini bukanlah pure film action melainkan film yang lebih mengedepankan drama dengan latar belakang kehidupan yang kelam. Kali ini, penonton benar-benar diharapkan mematuhi aturan terkait klasifikasi usia dari lembaga sensor. Joker sungguh dibuat untuk penonton usia 17 tahun ke atas.

Peringatan ini bukan hanya terkait aksi kekerasan fisik di dalam film, tapi juga kedewasaan dalam menerima pesan di dalam film. Yak film Joker ini sarat akan pesan moral, namun pesan yang disampaikan dari film ini bisa jadi ditafsirkan berbeda-beda oleh tiap orangnya. Maka dari itu persiapkan diri kalian sebeum menonton film ini di bioskop, jangan biarkan pikiran negative menguasai kalian.

Selain itu, penonton yang memiliki masalah kesehatan mental atau depresi akan jauh lebih bijak menghindari film ini. Atau mintalah pendampingan dari orang terdekat bila kukuh ingin menyaksikannya, karena tampaknya film ini dapat mempengaruhi psikologi kalian pribadi.