MILZERU – Hubungan antara unsur mistis dan masyarakat Indonesia tampaknya tidak bisa diputuskan. Hal tersebut bahkan dijadikan peluang bagi para sineas untuk membuat karya layar lebar dengan mengusung unsur mistis. Salah satu film horror Indonesia yang tayang pada 10 Oktober 2019 adalah film “Ku Tak Percaya Kamu Mati”.

Film yang disutradarai oleh Wimbadi J.P ini mengisahkan mengenai seorang anak sekolah dasar yang menjadi korban tabrak lari. Anak tersebut diperankan oleh Raditya Evandra yang berperan sebagai Bagong. Tabrakan yang dialaminya cukup fatal hingga merenggut nyawanya.

Sayangnya, sang pengendara yang menabraknya malah kabur dan tidak diketahui oleh masyarakat sekitar lokasi kejadian. Kematian Bagong membuat sedih orang-orang sekitarnya seperti Kinasih yang diperankan oleh Kinaryosih sebagai budenya dan teman Bagong yaitu Fantar diperankan oleh WS Agantaran. Rasa tidak percaya Fantar bahwa Bagong meninggal membuat ia dianggap gila.

Namun, atas keyakinannya, ia berhasil membawa kembali Bagong ke alam nyata meski berbeda dunia. Mereka bersama-sama mencari pengemudi yang telah menabrak Bagong. Di tengah pencariannya, ternyata sang ibu yang diperankan oleh Farah Maudina tidak mengetahui bahwa anaknya telah tiada karena ia mengalami kelumpuhan akibat depresi yang dideritanya.

Film “Ku Tak Percaya Kamu Mati” ini tak ayal tampak seperti sebuah ftv yang menceritakan mengenai sebuah fenomena azab. Isi filmnya pun kurang rapi terlihat dari adegan saat Bagong terkapar setelah ditabrak oleh sepeda motor, sejak teman Bagong yaitu Nindy memberitahu ke sekolah serta rumah Bagong, jasad Bagong masih terbujur kaku di jalan tanpa ada mobil ambulan atau orang sekitar yang membantu jenazahnya.

Selain itu, tempat kejadian kecelakannya pun tidak ditemukan sebercak darah. Sepedanya pun tidak terlihat rusak akibat tabrakan motor maupun tergores jalanan. Adegan lain yang cukup menggelitik adalah ketika Fantar datang ke makam Bagong untuk menelepon dan diangkat oleh sang adik. Lucunya, Fantar tidak mengetahui keberadaan sang adik padahal jelas berada di belakang nisan yang kecil.

Sayangnya, film ini tampak kurang dipersiapkan secara maksimal sehingga hasil yang diterima oleh para penonton pun kurang dinikmati sepenuhnya. Film ini tampak hanya sebuah perjalanan petualangan dua sosok sahabat yang mencari tahu penabrak lari Bagong.