MILZERU – Lampor merupakan kisah urban legend horror dari daerah temanggung jawa tengah. film horor “Lampor Keranda terbang” berbalut drama misteri yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto yang juga baru pertama kali menyutradarai film horor. Film ini diisi oleh para pemain yang berpengalaman di dunia perfilman Indonesia, diantaranya Adina Wirasti dan Dion Wiyoko yang juga baru pertama kali memainkan film horror.
Film “Lampor Keranda Terbang” bercerita tentang suami istri Edwin (Dion Wiyoko) dan Netta (Adina Wirasti) tengah mengalami kesulitan keuangan akibat bisnis Edwin yang merugi. Karena memikirkan kelangsungan hidup kedua anaknya, Netta pun menerima usul Edwin untuk pulang ke kampung Netta di Temanggung demi meminjam uang Ayahnya Jamal (Mathias Muchus). Jamal merupakan orang terpandang di desanya di Temanggung. Padahal Netta sangat enggan pulang ke Temanggung karena masa lalunya yang mengerikan dan berhubungan dengan legenda hantu lampor yang selalu berkeliling ke desanya di malam hari dengan membawa keranda terbang untuk mencari korban.
Malang, setibanya di Temanggung, ayah Netta meninggal dunia. Kedatangan Netta malah menimbulkan cibiran bahwa Netta mengincar warisan peninggalan ayahnya. Mitha (Steffi Zamora), adik angkat Netta mencurigai ibu tirinya, Asti (Nova Eliza) bersama asistennya Bimo (Dian Sidik) sebagai dalang dari meninggalnya sang ayah. Di tengah kekisruhan itu, ancaman lampor dengan keranda terbangnya muncul kembali dan meneror warga desa, termasuk Netta dan anak-anaknya.
Film “Lampor Keranda Terbang” ini ternyata bukan film horor produksi Indonesia kebanyakan, apalagi naskahnya ditulis oleh Alim Studio dan diproduksi oleh Starvision Plus yang tahun ini sukses menghadirkan “Ghost Writer” dan “Dua Garis Biru”. Film ini bukan horor biasa karena ternyata di luar dugaan lebih menitikberatkan pada konflik keluarga Netta yang banyak memakan durasi sehingga film ini lebih banyak adegan drama.
Adinia Wirasti bersama Dion Wiyoko sebagai peran utama benar-benar menjiwai film ini. Kedua aktor ini berakting menawan, meski secara pengkarakteran Netta di awal film terasa lemah dan tidak berkembang akibat latar belakang trauma yang ia miliki.
Untuk teknis produksi film “Lampor Keranda Terbang” ini tidak memiliki masalah berarti, pengalaman Guntur dalam menggarap berbagai film yang kebanyakan bergenre drama dipertontonkan di sini. Sinematografinya cantik, editingnya mulus, secara artistik dengan mayoritas menggunakan real set terasa otentik. Sentuhan ini membuat desa di Temanggung yang memiliki sentuhan modern.
Mempunyai cerita horor dan drama yang kelewat berimbang, membuat film ini agak nanggung untuk menjadi sebuah film horor. Ada banyak momen seram tapi tidak sedikit juga momen dramatis. Walaupun begitu akhir film “Lampor Keranda Terbang” cukup memuaskan dan memberikan apresiasi kepada dua pemain debutan film horror Adina Wirasti dan Dion Wiyoko yang sebelumnya lebih banyak berkecimpung di genre drama.