MILZERU – Lionsgate kembali merilis sebuah film berjudul “The Poison Rose”. Film ini bergenre drama, thriller dengan durasi 97 menit. Sebenarnya film ini telah lebih dulu tayang di negara asalnya, Amerika Serikat pada tahun 2019 lalu. Namun, karena satu dan lain hal, penayangannya di Indonesia mengalami kemunduran. Hingga akhirnya film ini resmi tayang di bioskop Indonesia pada 22 Januari 2020.
Cerita bermula ketika Carson Philips (John Travolta) merupakan mantan pemain NFL (National Football League) beralih profesi menjadi seorang detektif swasta. Suatu hari, ia dihadapkan pada situasi sulit. Ia baru saja mendapatkan seorang klien bernama Jayne Hunt (Famke Janssen) yang ternyata pernah menjadi bagian dari kisah masa lalunya. Kedatangan Jayne tersebut untuk meminta bantuan Carson menyelidiki kematian misterius di Texas. Carson pun mulai melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut di Texas. Ia mulai menghubungi beberapa kenalannya, termasuk mantan pacarnya yang pernah ia tinggalkan. Hingga akhirnya penyelidikan mengarah pada sebuah rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa tersebut ada seseorang yang diduga merupakan saksi kunci atas terbunuhnya kerabat sang klien saat dirawat disana.
Berbagai alasan yang tidak masuk akal pun disampaikan oleh Dr. Miles Mitchell (Branden Fraser) untuk menjauhkan Carson dari pasien yang merupakan kerabat sang klien. Namun, kemampuan Carson ternyata lebih dari yang diduga oleh Dr. Mitchell. Dibalik semua kecurigaannya, ternyata ada campur tangan dari seorang “God Father” yang telah lama mengontrol kehidupan di kota tersebut. Banyakan saran untuk Carson agar ia menjauhi kasus tersebut. Hingga akhirnya apa yang ia bayangkan selama ini jauh berbeda dengan yang dihadapinya. Hal tersebut akhirnya membuat Carson dilema.
Secara keseluruhan film ini bisa dikatakan sebagai film yang bagus dan menarik. Dari segi cerita, Francesco Cinquemani, Luca Giliberto, dan Richard Salvatore cukup berhasil membuat cerita menarik tentang seorang detektif. Walaupun dengan budget dan waktu pembuatan yang minim, tetapi film ini cukup berhasil menggambarkan versi novelnya. Sedangkan untuk alur cerita, film ini memang sedikit terasa lambat. Namun seiring dengan berjalannya waktu penonton akan disajikan dengan adegan lain yang cukup menegangkan.
Secara kualitas akting, tidak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan John Travolta mampu kembali beradaptasi dengan gaya bicara kas warga Texas. Dimana dalam film ini, ia sudah puluhan tahun meninggalkan Texas. Sedangkan dari segi pengambilan gambar atau sinematografi, sang sutradara yakni Francesco Cinquemani, dan George Gallo berhasil membuat film ini. Dialog dan properti dikemas dengan rapi. Hal itu tentunya untuk menciptakan set latar cerita yang sesuai dengan novel aslinya.